Menjadi salah satu peserta residensi tahun 2019 adalah mimpi yang akhirnya menjadi nyata. Residensi oleh KBN dan Kemendikbud telah diadakan sejak tahun 2016. Tentu saja penulis terpilih bukan penulis sembarangan. Mereka memiliki segudang prestasi yang sudah tidak diragukan lagi. Saya baru tahu program ini setelah penulis residensi 2016 terpilih. Terbersit dalam hati, "Kapan ya bisa terpilih seperti mereka?"
Tidak ada yang tidak mungkin. Mereka terpilih
karena proses panjang yang telah dijalani. Maka saya bertekad untuk menulis
lebih giat, membaca lebih banyak, tak lupa menyelipkan doa atas mimpi-mimpi
tersebut.
https://islandsofimagination.id/web/author-n-artist/eva-riyanty-lubis |
Tahun 2018, saya memberanikan diri untuk
pertama kalinya mengajukan proposal residensi. Tidak main-main, saya langsung
pilih India sebagai negara tujuan. Maklum, saya termasuk salah satu pecinta
India. Saya pikir negara itu unik, berikut adat budayanya. Saat itu saya sangat
berharap menjadi salah satu peserta residensi yang lolos seleksi. Terlalu berharap
memang tidak baik. Alhamdulillah saya belum lolos. Lolos tak lolos tetap harus
disyukuri, kan?
Apakah saya menyerah pada mimpi? Tidak! Tidak ada kata menyerah. Saya kembali menulis dan membaca lebih banyak. Meskipun aktivitas semakin padat karena tiga jenis pekerjaan yang harus saya jalani. Kerja di Dinas Perpustakaan Padangsidimpuan (akhirnya memutuskan berhenti setelah bekerja sekian purnama tanpa gaji 😆) , Apotek Bintang, dan sesekali ke salah satu kantor partai membantu bagian administrasi. Lelah? Mana ada hidup yang tak lelah? Waktu menulis dan membaca sangat terbatas. Tapi dari segala pekerjaan yang saya jalani, menulis tetap aktivitas nomor satu yang membuat saya bahagia.
Meski waktu tidur hanya beberapa jam, semua aktivitas bisa dijalani. Ketika pengumuman seleksi residensi penulis 2019 dibuka, saya masih belum ngeh. Seorang teman sudah mengingatkan saya untuk ikut seleksi. "Ikut saja, Va. Lolos tak lolos urusan belakangan," ucapnya kala itu.
Apakah saya menyerah pada mimpi? Tidak! Tidak ada kata menyerah. Saya kembali menulis dan membaca lebih banyak. Meskipun aktivitas semakin padat karena tiga jenis pekerjaan yang harus saya jalani. Kerja di Dinas Perpustakaan Padangsidimpuan (akhirnya memutuskan berhenti setelah bekerja sekian purnama tanpa gaji 😆) , Apotek Bintang, dan sesekali ke salah satu kantor partai membantu bagian administrasi. Lelah? Mana ada hidup yang tak lelah? Waktu menulis dan membaca sangat terbatas. Tapi dari segala pekerjaan yang saya jalani, menulis tetap aktivitas nomor satu yang membuat saya bahagia.
Meski waktu tidur hanya beberapa jam, semua aktivitas bisa dijalani. Ketika pengumuman seleksi residensi penulis 2019 dibuka, saya masih belum ngeh. Seorang teman sudah mengingatkan saya untuk ikut seleksi. "Ikut saja, Va. Lolos tak lolos urusan belakangan," ucapnya kala itu.
Saya mengiyakan, tapi tidak langsung apply
karena banyaknya pekerjaan. Suatu malam, saya tersadar kalau waktu seleksi
residensi penulis 2019 tinggal hitungan hari. Ya ampun, ke mana saja saya?
Dengan cepat saya masukkan segala data yang
dibutuhkan untuk seleksi residensi penulis 2019. Ketika memilih tujuan
residensi, saya sempat berhenti. "Pilih dalam atau luar negeri, ya? Ah,
Bahasa Inggris juga pas-pasan. Dalam negeri saja lah. Tapi ke mana?"
Saya mengetukkan jari beberapa kali. Mencoba
'menemukan' lokasi residensi yang saya inginkan.
Setelah merenung beberapa saat, muncullah
jawaban. "Papua!"
Senyum merekah di wajah saya. Saya memang
memiliki mimpi untuk menginjakkan kaki di Tanah Papua, ujung Indonesia. Eits,
tunggu. Tapi, Papua di mananya? Papua kan luas?
Saya langsung buka peta Papua. Terpilihlah
beberapa daerah, yakni Wamena, Nabire, dan Puncak Jaya. Saya masih bingung memilih
di antara ketiganya. Berulang kali saya mengetikkan nama ketiga daerah itu di
proposal residensi penulis 2019, lalu menghapusnya.
Setelah berpikir puluhan menit, terpilihlah
Puncak Jaya. Puncak Jaya, kan, pedalaman? Iya. Karena Puncak Jaya pedalaman,
maka "Papua-nya" masih sangat kental. Meskipun untuk tiba ke sana
butuh perjuangan panjang.
Bismillah.
Kalau Allah Swt. berkehendak, akan mudah bagi
Beliau meloloskan saya. Pokoknya isi proposal residensi penulis 2019 telah
usai, maka tinggal berdoa. Serahkan pada Allah Swt. Tidak seperti tahun
kemarin, kali ini saya tidak memberi tahu keluarga atau teman terdekat lainnya
kalau mengikuti program ini. Hanya Bang T. Sandi Situmorang saja yang tahu.
Beliau juga merupakan penulis yang mengingatkan saya untuk ikutan seleksi. Bang
Sandi memang paling baik soal info-info lomba. Makasih, Kak Sandi.... Semoga selalu diberi kesehatan 🙏
Malam 17 Agustus 2019 dini hari, Bang Sandi
T. Situmorang chat lewat inbox FB. Katanya saya jadi penulis terpilih.
WHAT??????? SERIUS KAH????
Pengumuman https://www.islandsofimagination.id/web/articles/hasil-seleksi-residensi-penulis-2019 |
Saya baru baca chat dari beliau pagi harinya
pas bangun tidur. Maha Suci Allah Swt, saya memang terpilih bersama 33 penulis
lainnya. Bayangkan, dari 437 proposal, terpilihlah 34 penulis. Saya menangis
haru sembari memeluk emak. Eh, emak ikut-ikutan nangis.
Kemudian saya langsung kasih tahu kabar
bahagia ini pada calon suami (sekarang sudah jadi suami). Jadi deh informasi
ini jadi salah satu kado pernikahan kami yang sangat luar biasa. Lolos
residensi penulis 2019 pada 17 Agustus 2019, menikah 26 Agustus 2019, dan
alhamdulillah langsung diberi anugerah kehamilan.
Berangkat ke Puncak Jayanya gimana?
Alhamdulillah suami setia menemani. Apalagi dengan kondisi saya saat ini. Semua proses dapat berjalan dengan baik. Ada saja orang-orang
baik yang menolong kala kami butuh pertolongan.
![]() |
Puncak Jaya dengan segala keindahan di dalamnya |
Tadaaaaa....
Selamat datang di Puncak Jaya - Papua.
Kepingan surga yang membuat siapa saja jatuh cinta 💖
#ResidensiPenulis2019
#BeasiswaUnggulan
#KBN
#Kemendikbud
#BeasiswaUnggulan
#KBN
#Kemendikbud
Rabu, 20 November 2019
Distrik Ilu - Tanah Puncak Jaya
4 Comments
Haru,bangga, berdebar aku bacanya vaa.. memanglah dari dulu kamu udah keliatan bakat pejuangnya. Eeetss aku pun tau kamu daftar residen, kan waktu itu kamu share info ke aku pun. Tp jiwa juangmu lanjut, aku blm bisa ikut. Anyway kamu mah emang udh ciamik dr dulu. Top bgt dah MasyaAllah.
ReplyDeleteTetehku sayang... makasih atas semangat dan movitasi yang tak pernah pupus. Semangat berjuang dalam dunia literasi ya, teh. Btw, blog teteh sudah semakin ciamik :)
DeleteMasya Allah kak... Sebegitu hebatnya perjuangan literasimu. Aku yg tulisannya mandet ditengah jalan aja udah mau nyerah.. Aku musti semnagat nih..
ReplyDeleteTidak ada perjuangan yang sia-sia, de. Hayo semangatnya dipompa lagi :)
Delete