Berangkat dari Bandara Nabire |
Ingat penggalan lagu di atas, tak? Alhamdulillah bisa juga saya merasakan sensasi naik pesawat kecil ini. ð
Perjalanan dari Nabire menuju Puncak Jaya
dilalui menggunakan pesawat kecil, Susi Air, yang jumlah penumpangnya hanya
sembilan orang. Naik pesawat kecil seperti ini merupakan pengalaman pertama
bagi saya. Awalnya sangat bersemangat, namun ketika pesawat telah mengudara,
awan menutupi seluruh pemandangan. Wew! Kita terjebak di antara awan. Sepanjang
mata memandang, hanya ada putih. Inikah yang dinamakan negeri di atas awan? ð
Dalam hati saya berdoa, semoga perjalanan ini
aman jaya sentosa sampai tujuan. Tak henti sampai di situ, setengah perjalanan
kemudian (perkiraan waktu tiba di lokasi adalah 1 jam 45 menit), napas saya
sesak sesesak-sesaknya. Oh My God! Mengapa seperti ini?
Saya butuh oksigen! Saya lihat sekeliling, penumpang lain tampak baik-baik saja. Saya lihat suami yang duduk di sebelah saya, doi malah asik tidur.
Ini awannya belum seberapa. Pas seluruh pemandangan tertutup awan, saya malah lupa jepret. |
Saya butuh oksigen! Saya lihat sekeliling, penumpang lain tampak baik-baik saja. Saya lihat suami yang duduk di sebelah saya, doi malah asik tidur.
Ya Allah, bagaimana ini? Saya benar-benar butuh oksigen!
Apa karena saya tengah hamil muda makanya seperti ini?
Saya coba bernapas semampunya, rasanya tetap menyakitkan.
Saya coba bawa tidur, tak bisa.
Saya lihat pemandangan di luar jendela, tak ternikmati.
Saya coba bernapas semampunya, rasanya tetap menyakitkan.
Saya coba bawa tidur, tak bisa.
Saya lihat pemandangan di luar jendela, tak ternikmati.
Dalam hati saya terus berdoa, semoga
pesawat segera mendarat secepatnya. Tak
ada yang bisa saya lakukan selain berdoa dan dzikir, memohon pertolongan kepada
Sang Pencipta.
Penampakan Puncak Jaya. |
Kepala pening, perut mual, ingin rasanya
teriak melepaskan seluruh 'sakit' mendadak yang didera. Tapi tak mungkin. Apa
karena saya pendatang makanya merasakan hal demikian? Sebab penumpang lain
merupakan asli masyarakat Papua.
Keindahan di balik jendela pesawat tak
ternikmati dengan baik. Padahal kapan lagi bisa melihat pemandangan pedalaman
Papua dari udara?
"De, pesawat sudah mau landas,"
ucap suami menyadarkan saya.
Alhamdulillah Ya Rob.
Alhamdulillah.
Pesawat meliuk kesana kemari dengan cepat, sampai
saya berpikir ini pesawat hampir nabrak pegunungan. Maklum saja, pegunungan ada
di mana-mana. Namanya saja Puncak Jaya, salah satu pedalaman Papua yang
dikelilingi oleh banyak gunung.
Dari atas pesawat, tampak rumah penduduk yang tertata rapi. Sungai nan jernih, honai di mana-mana, dan pepohonan
yang sangat rindang. Pesawat landas di salah satu bandara kecil, bernama
bandara Ilu. Saya memang memutuskan untuk memilih Distrik Ilu sebagai lokasi
residensi. Jadi, saya tak mendarat di bandara ibukota Puncak Jaya, Kota Mulia.
Ketika pintu pesawat dibuka, saya langsung
bernapas lega. Alhamdulillah tak terhingga kepada Sang Pencipta. Udara segar
nan sejuk langsung penuhi paru-paru. Secepat kilat saya ambil posisi duduk di salah
satu sudut bandara. Suami dengan sigap mengangkat seluruh barang bawaan.
Setelah barang bawaan diletakkan di
dekat saya, suami pun berujar, "De, tadi pas di atas, napas sesak,
tak?"
"Kok tahu, Bang? Sesak kali pun. Sudah
mau nangis rasanya," jawab saya agak mewek.
Alhamdulillah mendarat dengan sukses. |
"Aih, Abang kira abang doang yang kekurangan
oksigen. Alhamdulillah kita sudah sampai. Sudah bisa hirup oksigen sebanyak
yang kita mau," tukasnya sembari mengelus kepala saya beberapa kali.
Pengalaman naik pesawat kecil memang sangat
luar biasa sekaligus menegangkan. Alhamdulillah mampu dijalani dengan baik.
Apakah saya bakalan kapok naik pesawat kecil? InsyaAllah tidak. Semoga ada
rezeki sekaligus kesempatan untuk merasakan kembali pengalaman berharga ini.
Selamat datang di Puncak Jaya.
Dingin mulai menyergap, tawa bocah cilik
masyarakat asli Papua membuat saya sejenak melupakan 'kejadian' luar biasa
selama di atas pesawat tadi. Oke, saatnya bertualang!
Nb:
Pilotnya ganteng sangat, lho! Bule muda tinggi besar dengan kacamata hitam bertengger di wajahnya. Persis tokoh dalam komik. Apalagi dengan seragamnya itu. Dududu... ð
Nb:
Pilotnya ganteng sangat, lho! Bule muda tinggi besar dengan kacamata hitam bertengger di wajahnya. Persis tokoh dalam komik. Apalagi dengan seragamnya itu. Dududu... ð
#ResidensiPenulis2019
#BeasiswaUnggulan
#KBN
#Kemendikbud
Jum'at,
29 November 2019
Distrik
Ilu - Tanah Puncak Jaya
No comments:
Post a Comment