Monumen Perang Kemerdekaan BenHur |
Selamat datang di Monumen Benteng Huraba, ya! |
Sebenarnya,
Sumatera Utara kaya akan tempat pariwisata. Salah satu yang terkenal adalah Benteng
Huraba atau terkadang disebut dengan sebutan Benhur. Tempat pariwisata yang
juga merupakan saksi sejarah ini terletak di Kecamatan Batang Angkola,
Kabupaten Tapanuli Selatan. Dari Padangsidimpuan, butuh waktu kurang lebih
empat puluh menit menggunakan sepeda motor.
Si cantik Winny lagi berpose :D |
Setelah mengalami renovasi, BenHur jadi jauh lebih indah dan bersih. |
Jikalau
teman-teman ingin pergi ke Aek Sijornih, salah satu tempat pariwisata yang
terkenal di Panyabungan, pastilah melewati Bentang Huraba. Benteng Huraba ini sendiri terletak pas di
tepi jalan. Berada di sebelah kanan kalau kita berangkat dari Padangsidimpuan.
Jika kita teliti, kita akan menemukan plakat bertuliskan Bentang Huraba di
pinggir jalan tersebut.
Nama Benteng Huraba sendiri diambil dari nama desa letak benteng
ini berada. Peletakan batu pertama benteng ini dilakukan oleh Kepala Daerah
Kepolisian Sumatera Utara, Brigadir Jendral Polisi JFR Montolalu pada 4
September 1980.
Benteng yang diresmikan pada 21 November 1981 oleh Kepala
Kepolisian Republik Indonesia, Jendral Polisi DR Awaloedin Djamin MPA ini
merupakan monumen peristiwa perjuangan merebut kembali kemerdekaan Republik
Indonesia pada 5 Mei 1949 setelah Belanda kembali menyerang karena tidak
menerima kemerdekaan Indonesia.
Bentuk Benteng Huraba seperti kerucut. Kita
harus menaiki kurang lebih dua puluhan anak tangga untuk tiba di atas. Tempat
ini dikelilingi pagar besi yang dicat berwarna hitam dengan panjang kurang
lebih satu meter. Ketika kita tiba di atas, kita akan menemukan meriam bercat
hitam, yakni di sebelah kanan dan kiri tempat tersebut. Meriam yang ada di
sebelah kiri ketika kita masuk, bentuknya lebih utuh ketimbang yang berada di
sebelah kanan. Dulu, meriam itu digunakan para pejuang untuk melawan Kolonial
Belanda.
Di tengah
tempat ini terdapat satu bangunan mirip kastel dengan tinggi kurang lebih enam
meter, namun dikelilingi oleh rantai. Di situ kita akan menemukan tulisan yang
mengatakan kalau ada 27 orang pejuang bangsa yang gugur. Yakni dari angkatan
darat 16 orang dan POLRI 11 orang.
Di sisi
belakang tempat ini, di luar pagar besinya, dibuat tembok berbentuk persegi
panjang dengan relief perjuangan dan bacaan, “Maju Terus Pantang Mundur.”
Maju Terus Pantang Mundur! Kobarkan semangat merah putihmu! |
Untuk
memasuki Bentang Huraba, kita tidak akan dipungut bayaran alias gratis. Entah
mungkin karena gratis, tempat ini menjadi kurang terawat. Sampah terlihat
berserakan. Belum lagi coretan-coretan tak penting di dinding-dinding monumen.
Sungguh
ironis. Sebab banyak pengunjung yang tidak berpikir jauh ke depan. Padahal pariwisata
sejarah seharusnya dijaga sebaik mungkin agar tetap utuh hingga anak cucu kita
kelak bisa mengetahui sejarah yang terjadi di tempat tinggal atau negaranya
sendiri. Contoh kecil yang bisa kita lakukan saat ini adalah dengan tidak
membuang sampah sembarangan.
Sebagai
warga Negara yang baik, kita wajib mengetahui jejak-jejak sejarah yang ada di
Negara kita. Bagi teman-teman yang berminat untuk mendatangi Tapanuli Selatan,
jangan lupa untuk menikmati pariwisata sejarah ini. Selain mengetahui banyak
hal dari jejak sejarah ini, kita juga akan dimanjakan oleh pemandangan alam
yang menyejukkan. Jauh dari polusi dan macet. Udara yang benar-benar bagus
untuk tubuh kita.
Benteng Huraba saat ini. |
Benteng Huraba sebelum direnovasi. |
No comments:
Post a Comment