![]() | ||
Bicara keindahan Puncak Jaya, tak ada bandingannya. |
Hidup di daerah baru, tentu fisik sekaligus jiwa raga wajib beradaptasi. Tak mudah memang, karena lokasi tempat residensi yang saya tuju berada di salah satu pedalaman Papua, tepatnya Puncak Jaya.
Suhu
dingin siang malam menyapa tubuh. Belum lagi bila rasa dinginnya semakin esktrim! Huh, pegang air saja tak sanggup. Dinginnya sedingin es! Pantas saja
masyarakat asli di sini banyak yang jarang mandi. 😁
Air
yang ditampung adalah air hujan. Makin dingin ya, kan. Jadi kalau mau mandi, ya
menggunakan air hujan yang ditampung ini. Mata air pegunungan juga ada. Tapi
tak setiap rumah dialiri air mata air pegunungan. Solusi lain adalah mandi di
sungai. Aih, perjalanan menuju sungai saja saya sudah tak sanggup. Jauhh, bo'!
Dua
minggu saya di sini, hujan selalu menyapa. Air pun melimpah ruah. Meski
dinginnya menusuk kalbu sampai buat tubuh bergetar hebat, mau tak mau saya
tetap harus 'bersentuhan' dengan air. Wong biasa mandi malah tak mandi, kan tak
seru! Belum lagi harus cuci pakaian dan wudhu buat salat.
![]() |
Selpih pakai filter biar agak mulusan sedikit 😀 |
Setiap
nyentuh air, bibir tak henti-hentinya minta dikuatkan oleh Allah. Ternyata
perjuangan selama di sini sangat luar biasa!
Selama
24 jam, saya tak bisa minum kalau bukan air panas. Hampir setiap sore saya
menghangatkan tubuh dari panas hasil bakaran kayu atau sampah.
Hari
pertama fisik belum menunjukkan tanda-tanda perubahan. Namun keesokan harinya
pas bangun tidur, hidung mulai berdarah. Ini terjadi selama dua minggu. Rambut
rontok parah hingga ketombean. Padahal sudah lama saya tak ketombean. Terakhir
ketombean pas kuliah dulu. Enam atau
tujuh tahun lalu.
![]() |
Kepolosan dunia anak |
Wajah
kering dan terkelupas. Mau pakai bedak? Oh yang ada malah makin buruk tampilan
wajah ini. Untungnya saya bawa pelembab wajah. Lumayan menutupi kulit
terkelupas, tapi lama-kelamaan terasa perih.
Besoknya,
tak hanya wajah yang ganti kulit. Seluruh tubuh pun dapat bagian tanpa
terkecuali.😔
Belum
lagi tangan dan kaki yang mengkerut. Kata suami sudah macam nenek-nenek. Haha.
Padahal doi juga sama. Mengkerut sekaligus menua. Menghitamnya sudah pasti dong
ya. Tak ada tuh pendatang yang terlihat putih mulus di sini. Semua birong alias malomlom alias menghitam. Hehe. 😀
Berlanjut
tubuh terkena bentol-bentol merah yang gatalnya luar biasa. Saya berusaha semaksimal
mungkin untuk tidak menggaruk meskipun rasa buat garuk besaaaaar sekali. Huhuhu
Bagaimana
dengan bibir? Selama di sini terkelupas parah. Boro-boro pakai sedikit polesan
lipstik. Mau bicara saja malu karena terkelupasnya cukup parah. Biasanya dua
tiga hari tubuh akan beradaptasi dengan baik selama di tempat baru. Tapi di
Papua ini beda, bo! Residensi hampir berakhir, fisik belum kembali seperti
sedia kala.
Mana
saya tak bawa madu dari rumah. Di sini, saya coba cari madu tapi tak ketemu.
Untungnya masyarakat di sini membesarkan hati saya dan berkata, "Itu
biasa, Mama!"
Hampir
seluruh masyarakat asli yang saya temui menyebut saya, "Mama", karena
telah menikah. Memang, di sini semua perempuan yang telah menikah akan
dipanggil dengan sebutan Mama.
Bagaimanapun
kondisinya, wajib kita nikmati dan syukuri. Betul, toh? Alhamdulillah meski
dengan kondisi demikian, saya tidak sampai 'tepar' di atas kasur. Alhamdulillah
tak terhingga pada Sang Pencipta. Tugas dapat dilaksanakan dengan baik, petualangan pun terus berlanjut.
Jum'at, 29
November 2019
Jalan Trans
Mulia - Wamena
Kabupaten
Puncak Jaya
4 Comments
Makiiin seruu ceritanya vaa, btw kupikir dengan suhu udara yang dingin malah bisa buat kulit kita makin putih kaya bule2 gitu, tp ternyata engga yaa. Tapi dinginnya di Puncak Jaya anggap sebagai latihan buat kamu nanti bisa menjelajah bumi Allah yang bersalju. Aamiin ya Rabb
ReplyDeleteIya teteh. Hitamnya pun gosong. Tapi entah kalau di luar negeri bersuhu dingin lainnya seperti Korea.
DeleteTapi kita aminkan ya teh.
Semoga kita bisa menjelajah luasnya ciptaan Allah ini ya teh.
Kalau pake domain .com bayarnya gimana mba ?
ReplyDeleteTransfer ke penjual domain, De. Nanti dipandu mereka kok
Delete