Trilogy
Maze Runner berakhir sudah. Meskipun sudah berusia lebih dari seperempat abad,
saya tetap menikmati film bertema Dystopian/Post Apocalypse. Selain Maze
Runner, sebut saja The Hunger Game dan Divergent. Bahkan untuk The Hunger
Game, saya juga berhasil menuntaskan novelnya.
Film seperti ini sebenarnya ditujukan bagi young adult betusia 15 hingga 20 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan orang dewasa turut menikmati. Terbukti film bertema seperti ini lumayan meraih keuntungan yang cukup fantastis.
Final Maze Ranner baru bisa
dinikmati setelah penundaan kurang lebih tiga tahun dikarenakan cedera yang
dialami oleh sang pemeran utama, Dylan O'brien.
The Maze Runner 2014 baru saya
tonton pada tahun 2015. Sedang yang kedua dan ketiga saya tamatkan semalam
sore. Film ini membuat detak jantung saya berdetak lebih cepat, malah
kepengen ikutan lari bareng Thomas. Hehe.
'Cobaan demi cobaan' yang mereka
hadapi sangat luar biasa. Ibarat game, buka pintu ini, keluarnya ini.
Buka pintu yang lain, cobaannya tak kalah berat. Lari lari dan
lari. Belum lagi bunyi dor-dor yang membuat suasana semakin 'panas'.
Maze Runner mengajarkan betapa
pentingnya sebuah tim. Betapa pentingnya persahabatan. Betapa pentingnya
kepercayaan. Betapa pentingnya berpikir jauh ke depan.
The Maze Runner merupakan kisah
sekelompok remaja yang terjebak di dalam labirin yang juga disebut The Maze.
Thomas merupakan anggota bari yang mengalami amnesia. Sedang Teresa
merupakan tokoh perempuan satu-satunya. Mereka dijadikan eksperimen untuk mencari
penawar dari wabah oleh organisasi besar bernama WCKD (Wicked).
Pada film nomer dua, Thomas dkk
lari dari WCKD dan berjuang untuk menemukan Right Arm's. Kelompok
menentang WCKD yang berhasil kabur dari organisasi tersebut. Sayangnya
Teresa membocorkan lokasi keberadaan mereka pada WCKD. Pertempuran
kembali terjadi. Ada banyak remaja yang kembali 'diambil' WCKD, termasuk
Minho.
Maze Runner terakhir, Thomas dkk
berjuang semaksimal mungkin untuk menyelamatkan Minho dan teman-teman lainnya
yang diculik. Mereka mendapat bantuan dari Lawrence, seorang pemimpin
para infected namun belum menjadi Crank.
Maze Runner merupakan kisah
simpel dan mudah dimengerti. Jadi, kamu nggak bakalan merasakan yang
namanya kening berkerut.
Salah satu scene favorit saya adalah
ketika Newt (Thomas Brodie) tak bisa diselamatkan. Pun ketika ia meninggalkan
surat untuk Thomas di menit-menit berakhirnya film ini. Bagi saya itu
mengharukan.
Minho alias Ki Hong Lee merupakan
tokoh favorit saya sejak film pertama hingga akhir. Ternyata doi sudah nikah,
bo. Wajahnya babyface banget. Hehe
Di ending film Minho disiksa
dengan berbagai percobaan. Senang banget saya pas Minho mengatakan Teresa
penghianat dan berusaha melawannya. Meski akhirnya Minho harus dibius.
Pahlawan baru di Maze Runner
ending ini adalah kembalinya Gally alias Will Poulter. Di film pertama, dialah
yang paling saya benci. Eh di sini doi jadi sang juru selamat.
"Tidak ada manusia yang
sempurna," kalimat yang saya ingat pas Minho bertanya mengapa ia ada dan
menolong mereka. So Cool!
Saya tidak terlalu suka Teresa.
Saya rasa doi tidak terlalu maksimal memerankan perannya. Jadi hasil akhirnya
kurang memuaskan saya sebagai penonton. Malah tokoh perempuan yang saya
suka, Brenda alias Rosa Salazar.
Di
film kedua, rambutnya hampir botak. Untunglah di film terakhir
kecantikannya semakin bersinar. Perjuangannya luar biasa. Belum lagi aksinya
yang sangat memukau. Contoh, pas dia dan Jorge adu tembak di awal film
untuk menyelamatkan Minho di dalam kereta api. Atau pas doi bawa bus yang
menampung puluhan remaja. Remaja tersebut diselamatkan dari percobaan WCKD. Dia
juga sering jadi sang penyelamat Thomas dikala genting.
So,
sampai jumpa para Gladers. Kalian berhasil buat saya pengen lari.
Lari dari kenyataan.
0 Comments