Eva Riyanty Lubis
Siapa saja bisa bicara. Mengeluarkan
apa yang ada di dalam pikiran. Namun tidak semua masyarakat dapat menyampaikan
isi pikirannya dengan baik. Apalagi kalau berbicara di depan umum. Meskipun seseorang
cakap bicara, belum tentu ketika dia naik mimbar atau podium, dia melakukan hal
yang sama. Bahkan tidak menutup kemungkinan dia kehilangan kata-kata. Bisa
karena gugup, gelisah, deg-degan, lidah kelu atau malu.
Mahasiswa sekali pun belum tentu
cakap bicara. Padahal mahasiswa adalah generasi muda yang nantinya akan
menumbuhkembangkan Indonesia. Apa yang salah? Tentu saja pola pikir yang masih
belum maju. Perasaan takut terus menghantui. Padahal menurut penelitian, kita
menggunakan 75 persen waktu untuk berkomunikasi. Jadi kalau kita tidak cakap
bicara, bagaimana kita bisa mengemukakan pendapat?
Sangat tidak mungkin kita terus
menerus berpatokan kepada rekan yang cakap bicara. Padahal bisa jadi kita
memiliki ide lebih bagus namun karena tidak berani berbicara, ide tersebut
akhirnya terbang begitu saja tanpa bermanfaat sedikit pun.
Indonesia pernah mempunyai
orang-orang yang sangat cakap bicara. Yakni Bung Karno dan Bung Tomo. Urator
ulung dan disebut juga sebagai singa podium. Dengan penguasaan retorika prima, mereka berhasil menyadarkan bangsa kita, bahwa kita sedang terjajah. Sekaligus meyakinkan kita bukanlah bangsa tempe yang hanya bisa menunggu
anugrah kemerdekaan dari Negara penjajah.
Untuk itu kita sebagai mahasiswa
diharuskan cakap bicara. Namun bukan asal bicara seperti ngegosip, ya. Tetapi
berani mengungkapkan ide, pendapat, kebenaran yang bermanfaat bagi orang banyak
baik itu di depan podium, atau di kalangan teman-teman. Beberapa hal yang
harus kita lakukan agar cakap bicara di depan orang banyak adalah:
- Menguasai apa yang akan disampaikan. Cari info sebanyak-banyaknya. Baik itu dari televisi, buku, koran, radio, dsb. Lalu pilah kalimat demi kalimat mana yang akan disampaikan.
- Kita harus yakin pada kemampuan diri sendiri. Tidak perlu berpikir kalau kita tidak akan bisa sesempurna orang lain ketika berbicara di depan umum.
- Kenali orang-orang yang akan menjadi pendengar kita. Hal itu untuk mengira-ngira apa yang sebaiknya kita bicarakan dan apa yang sebaiknya kita hindari.
- Bersuara keras dan lantang. Jangan lupa untuk mengatur irama dan tempo suara dengan baik. Bila sering berlatih, mudah-mudahan hal ini tidak akan menjadi sulit.
- Tenangkan pikiran dan emosi sebelum berbicara.
- Jangan takut bahwa kita akan mengecewakan pendengar. Jadilah diri sendiri dan yakinkan diri kalau kita telah memberikan yang terbaik.
- Terus belatih dan berdoa.
Jangan
pernah takut untuk memulai. Dan kalau di awal melakukan kesalahan, itu bukanlah
suatu masalah besar. Yang penting terus berusaha untuk menjadi yang lebih baik
dari hari ke hari. Semoga kita menjadi mahasiswa yang cakap bicara. Demi
Indonesia yang lebih baik ke depannya.
Desember 2014
Betul, karena kecakapan bicara tidak datang dengan sendirinya. Harus senantiasa dilatih, dilatih, dilatih dan dilatih. Semasa sekolah, kit diajarkan untuk lebih banyak mendengarkan penjelasan guru. Kita selalu jadi pendengar, sementara waktu untuk berbicara hanya ketika presentase tugas atau saat tertentu saja. Kita jadi sulit melatih kecakapan berbahasa ini.
ReplyDeleteSetuju dengan Eva, setelah masuk ke jenjang mahasiswa, kecakapan ini penting supaya kita tidak tertinggal. Pecuma pintar jika tak mampu menyuarakan ide brillian yang bisa dipahami orang lain. Kadang, komunikasi yang salah membuat pandangan yang salah. Sepakat Eva.