Sumber gambar: pixabay.com |
Bila
ada yang bertanya tentang siapa salah satu remaja sukses dari
Padangsidimpuan—Sumatera Utara—yang berhasil membuktikan bahwa kemiskinan
bukanlah salah satu alasan untuk meraih mimpi, maka nama Fitri Haryani Nasution
bisa menjadi jawabannya. Remaja yang lahir di Padangsidimpuan, 03 Maret 1996
ini memutuskan untuk hijrah dari Padangsidimpuan setelah menyelesaikan sekolah
menengah atas.
Diterima lewat jalur PMDK pada salah
satu universitas terkemuka yakni Unversitas Sumatera Utara (USU), membuatnya
kian bersemangat untuk meraih mimpi. Namun semua tidak berjalan mulus seperti
yang ia duga. Kepergian sang ayah delapan tahun yang lalu masih menyisakan duka
mendalam. Apalagi sang ibu hanya membuka warung kecil-kecilan di depan rumah
dengan modal seadanya, yang terkadang malah tidak mendapat banyak keuntungan
sebab besarnya kebutuhan hidup sehari-hari.
Tuhan memang selalu adil. Mengingat
masa kecilnya yang terus selalu berjuang untuk meraih mimpi. Pergi ke sekolah
tanpa jajan tidak menjadi masalah. Pun ketika ia memohon kepada ibunya agar
ibunya tidak menyerah pada impiannya disebabkan oleh materi.
Saat itu, kondisi ekonomi keluarganya tidak mencukupi
untuk membiayai uang kuliahnya yang berjumlah Rp.500.000 dalam satu semester.
Bayangkan, hanya Rp.500.000 /semester, keluarganya tidak memiliki uang sebanyak
itu, sementara adik lelakinya yang paling kecil, Fahrul Mulia akan masuk SMP pada
saat yang sama. Di tengah kebingungan dan
kegalauannya, dia membanting tulang sembari menunggu pengumuman selanjutnya
dari kampus pasca lulusnya dia dalam jalur PMDK.
Dia bekerja menjadi buruh kasar di salah satu pabrik minuman mineral di
kotanya. Dia harus memasangka tutup demi tutup air mineral tersebut dan mengepak
gelas minuman itu dalam karton. Begitulah hingga sampai satu bulan dia bekerja,
dia digaji dengan uang yang masih tidak cukup juga untuk ke Medan, untuk ke
USU, untuk ke kampusnya menggapai mimpi dan gelar pendidikan yang selama ini
dia idam-idamkan. Dia mendapat gaji hari itu Rp. 400.000 dengan tangan yang
sudah mengelupasi karena terlalu lama terkena air, dia pulang dengan wajah yang
lemah.
Dia
pulang dengan
berjalan kaki, karena jarak dari pabrik air minuman itu
dekat dengan rumahnya. Hanya berjarak dua ratus meter. Lalu, di tengah
perjalanan merenungkan apakah dia akan mengambil kesempatan ke Medan atau
tidak, sambil merenungkan gaji empat ratus ribu yang baru saja dia terima,
sebuah pesan masuk ke handphonenya.
Selamat sore Mbak Fitri. Saya
Munnal, sekretaris penerbit Diva Press.
Saya ingin
mengabarkan, kalau fee untuk naskah novel “Diamond Village” sudah ditransfer
yah.
Cukup
dengan kata-kata itu, membuat senyuman di wajah manisnya. Dia kembali
bersemangat dan impian serta cita dalam khayalannya seolah-olah telah menjadi
kenyataan di hadapannya. Dia berlari
menuju rumahnya dan memeluk Ibu, kakak serta adiknya. Besok harinya adalah hari terakhir untuk
membayarkan uang kuliah satu semester sebagai mahasiswa baru, Fitri langsung
menghubungi Kakak kelasnya untuk membayarkanya dahulu, karena waktu itu harus
langsung dibayarkan di Bank yang bersangkutan di Medan. Dan Alhamdulillah,
Allah Maha Besar, melapangkan jalan hambanya yang punya impian dan harapan.
Kakak kelasnya membantunya dengan mudah saat itu. Uang dua juta sebagai
hasil menulis novelnya, dibayarkan lima
ratus ribu untuk uang kuliah, lima ratus
ribu untuk uang sekolah Fahrul, sisa satu juga lagi untuk berangkat ke Medan.
Saat
inilah peran Ibu sangat besar bagi Fitri. Ibu menemaninya menemui adik Ibu yang
dia sebut sebagai etek[1]nya. Di rumah eteknyalah Fitri tinggal sembari merajut asanya sebagai
mahasiswa baru USU, saat itu.
“Di mana ada kemauan, di situ ada
jalan.” Kalimat itu benar adanya. Puji syukur tak terkira Fitri panjatkan
kepada Sang Pencipta sebab ia berhasil menjejakkan kaki di kampus impiannya,
pada jurusan Antropologi. Meski harus tinggal dengan saudara yang jaraknya
tergolong jauh ke kampus, Fitri tidak peduli. Meski tidak memiliki uang jajan
seperti kebanyakan teman-temannya, Fitri juga tidak peduli. Ia meyakinkan
hatinya bahwa semua ini akan indah pada waktunya. Semua rasa lelahnya untuk menuntut
ilmu pasti terbayar lunas.
IPK memuaskan yang ia raih, membuat
Fitri menjadi salah satu mahasiswi yang berhasil menerima beasiswa PPA dan
PKPU. Disela banyaknya aktivitas kuliah dan komunitas yang diikuti, Fitri juga
berhasil mengembangkan hobinya yakni menulis. Beberapa cerpen dan puisinya
telah diterbitkan pada harian lokal. Sedangkan buku yang berhasil ia tulis,
yakni:
· Novel
Diamond Village (Diva Press, 2013).
· Novel
Love in the Dark nest Palace (Pena House Publisher, 2016).
· Novel
Diamond in Earth (WA Publisher, 2017).
· Buku
Panduan Pencak Silat (2017).
101
Dongeng Sebelum Bobok (Coming Soon, Diva Press).
Fitri Haryani Nasution Sumber gambar: Facebook Fitri Haryani |
Selain
prestasi menulis, prestasi lain yang ia dapatkan selama kuliah antara lain:
· Juara 1
Lomba Menulis Cerpen Tingkat Fisip USU, 2014.
· Juara 1
Lomba Debat Demokrasi dan Pemilu, 2014.
· Juara I
Mawapres FISIP USU, 2015.
· Juara 3
Pidato Bahasa Inggris Tingkat Nasional, 2016.
· Surveyor
Pilkada Aceh oleh Metro TV, 2016.
· Eminator
Survei Pasar Raya MMTC.
Fitri merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara. Dua kakak perempuannya sekarang sudah bekerja. Kakak pertama
bernama Rizki, menjadi guru pada salah satu sekolah swasta. Kakak kedua bernama
Lenni, bekerja sebagai karyawan Indomaret. Sedangkan adik bungsunya bernama
Fahrul, kini duduk di bangku SMK.
Ekonomi keluarga mereka memang belum
sepenuhnya membaik. Namun selangkah demi selangkah, Fitri berkeyakinan kalau ia
pasti bisa meraih kesuksesan dan berhasil membuat bangga orangtua, juga kakak
serta adiknya.
Saat ini Fitri sudah berhasil
menyelesaikan sidang dengan gelar S.Sos yang ia dapatkan. Jalan untuk meraih
kesuksesan masih panjang. Masih ada banyak mimpi yang ingin ia raih.
Diantaranya menjadi penulis fantasi terfavorit, memiliki bakery and cake shop, membuka salon, dan penerbitan.
“Don’t
waste your time, thinking positive, and believe God. Law of attraction is real.
Hidupmu adalah hasil dari yang kamu pikirkan. Jadi, selalulah berpikir apa yang
kamu inginkan. Never give up dan selalu bersyukur,” ujar Fitri memberi pesan
kepada teman-teman di luar sana agar selalu berjuang untuk menggapai mimpi.[]
❤Eva Riyanty Lubis❤
Padangsidimpuan, 22 Mei 2017.
[1]
Bibi
Omg. It makes me shy. Thank you for this memorable story. Yes. Thats true, law of attraction. What you want you will get it as long as you do effort and thinking positive. Thank you for your writing makes this story immortal sis^_^. It makes me cry to read this story.
ReplyDeletePs. I ever dream as a banker. And I always think that. now I will start to build my dream in Jakarta. I accepted in BNI Life. Law of attraction succed again^_^.
Huahhh proud of you sekali adikku. Sukses selalu yaa. Jangan pernah menyerah pada mimpimu. :)
DeleteOf course kk^_^. I know you too
DeleteTerima kasih sudah menularkan virus-virus semangat dan motivasi. Kiss from Sidimpuan buat adek cantik yang sekarang stay in Jakarta yaaa.
ReplyDelete