![]() |
Cintanya Ayah MasyaAllahtabarakallah |
17 Juli 2020 memang sudah berlalu. Ada banyak hal yang wajib Bunda persiapkan. Alhasil tulisan tentangmu baru ditorehkan hari ini. Dua bulan penuh suka cita berhasil kita lalui. Zuhrah mengajarkan banyak hal pada Bunda. Rasa syukur, kesabaran, dan keikhlasan. Lucunya, hadirmu membuat Bunda lebih banyak tersenyum dan tertawa. Kamu memang anugerah terindah, Nak.
Saya masih ingat beberapa
kali menangis karena tidak sanggup memberikan ASI pada Zuhrah. Bukan tak ingin,
tapi sakitnya luar biasa.
“Kamu ibunya, dia nangis, eh
kamu juga nangis! Kamu nggak boleh begitu! Setiap ibu merasakan hal sama. Tetap
kasih ASI kalau kamu ingin anakmu sehat!” tukas Oma.
![]() |
Senyummu itu lho, Nak ... MasyaAllahtabarakallah |
Sebab menjadi ibu baru tidaklah mudah. Ada banyak hal wajib dihadapi dan itu tidak semudah yang dibayangkan sebelumnya.
Proses menyusui yang awalnya
menyakitkan. Kurang lebih dua minggu saya merasakan ini. PD bengkak, berdarah,
dan membuat seluruh tubuh dilanda demam. Belum lagi masa nifas yang cukup lama—hampir
dua bulan lamanya. Kaki kaku, dan sebagainya. Memang semua rasa sakit itu
terbayar hanya dengan memandang si buah hati. Tapi sedihnya luar biasa karena membuat
saya tidak mampu merawat Zuhrah semaksimal mungkin.
![]() |
Cinta kami .... MasyaAllahtabarakallah |
Oma yang selalu ada di samping Bunda. Memberi nasihat tak kenal lelah, mengingatkan untuk makan, minum obat, jamu, dan sebagainya. Bahkan begadang ria bersama Zuhrah. Oma seperti wanita super. Ndak ada lelahnya. Hal ini yang buat Bunda sedih. Sudah dewasa, eh malah nyusahin orang tua. Padahal oma sudah lelah sedari dulu. Jadi orang tua tunggal sejak 2010 kan tak mudah.
“Aku minta maaf sudah repotin
mamak,” ucap saya suatu malam ketika badan sulit digerakkan. Demam kembali melanda
dan emak dengan setia mengurut tubuh saya sampai bisa tertidur malam itu.
“Kamu anakku. Sakitmu adalah
sakitku. Kalau kamu tidak ingin repotin mamak, kuatkan dirimu. Jangan lemah! Cepat
sembuh! Lihat putrimu! Betapa indahnya ia. Kalau kamu sakit, ia juga bisa
sakit!”
Gimana nggak merembes air
mata ini?
Seharusnya suami yang ada di
samping saya. Tapi suami juga berjuang nun jauh di sana. Kalau bisa terbang
hari itu juga, ia pasti melakukannya. Hanya saja semua tidak semudah
membalikkan kedua telapak tangan. Rasa sakit bukan hal yang ingin saya bagi padanya. Saya ingin bersua dengan cinta dan rindu menggunung. Bersama buah hati kami yang
terus tumbuh setiap harinya.
![]() |
Aqiqah Zuhrah... MasyaAllahtabarakallah |
Allah Maha Baik.
Suami kembali dengan selamat
tepat dua bulan Zuhrah--kita sudah LDR sejak hamil tiga bulan. Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah. Pertama kali
digendong ayahnya, Zuhrah menangis. Eh, ada kilatan air mata juga di mata si
Uda. Saya? Tentu saja merasakan hal sama.
Hadirnya ayah Zuhrah
menjadikan keluarga ini lebih komplit. Uda, mari kita belajar jadi orang tua terbaik
buat Zuhrah, yaa.
Love,
Bundanya Zuhrah.
6 Comments
Terharu membacanya sayang Eva ....
ReplyDeleteInsyaAllah kita jadi ibu terbaik ya Bu Ki...
DeleteZuhrah peri kecil cantik pembawa keberlimpahan berkah dari Allah..:)
ReplyDeleteaminnn aminnn aminnn ya robbal alamin Mbaaku sayang
DeleteSakitnya akan segera hilang dan ntr lagi pasti lupa sakitnya dan yang nanti pasti pengen nambah lagi..hehehe
ReplyDeletehihi :D
Delete