How You Life Your Life

SASTRA ANAK UNTUK MEMBANGKITKAN BUDAYA LITERASI

Dimuat di Majalah Sempadan Kolom Lintas Utama


SASTRA ANAK UNTUK MEMBANGKITKAN BUDAYA LITERASI

 



Literasi merupakan salah satu cara untuk mengukur tingkat kualitas pendidikan suatu negara di dunia. Menurut studi Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018, tingkat literasi Indonesia berada pada peringkat 71 dari 77 negara di dunia. Beberapa penyebab rendahnya literasi di Indonesia adalah kurangnya bahan bacaan, praktik literasi yang masih dianggap sebelah mata, dan tidak adanya pembiasaan membaca sejak usia dini. Beberapa faktor lain yang menghambat sekaligus mempengaruhi masyarakat untuk cinta buku sebagai sumber informasi adalah:

  • Banyaknya hiburan berupa sinetron, drama, dan game yang berhasil mengalihkan perhatian masyarakat dari buku.
  • Menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain media sosial, membaca berita gosip, dan hal lainnya yang tidak produktif.
  • Sistem pembelajaran yang belum membuat siswa atau mahasiswa membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan.
  • Menghabiskan waktu luang di mall, café, tempat karoke, night club, dan sebagainya.
  • Orang tua tidak mengenalkan buku pada anak sejak usia dini, malah mengganti hal tersebut dengan memberi gadget pada si buah hati.
  • Harga buku cetak yang kian hari kian mahal.
  • Beberapa daerah yang jauh dari ibu kota, akses untuk memperoleh buku agak susah. Kalau pun ada perpustakaan, stok buku belum up to date, begitu juga dengan toko buku yang ada.

Negara dengan tingkat literasi tinggi, biasanya memiliki kelas pendidikan terbaik. Sebut saja Finlandia yang hingga kini mendapat peringkat pertama atas kualitas pendidikan terbaiknya di dunia. Sebenarnya pemerintah Indonesia sudah mulai melakukan berbagai hal untuk meningkatkan literasi. Misal, saat Najwa Shihab menjadi Duta Baca Indonesia, pemerintah bekerja sama dengan PT Pos Indonesia dengan memberikan layanan program pengiriman buku gratis setiap tanggal 17 ke seluruh penjuru daerah di Indonesia. Selain itu, ada Menteri Pendidikan yang meluncurkan gerakan literasi sekolah. Belum lagi program yang dibuat di berbagai daerah untuk meningkatkan minat baca masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Saat ini, Duta Baca Indonesia periode 2021-2025 diamanahkan kepada Gol A Gong oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Beliau melakukan safari literasi hingga pelosok tanah air. Program yang dilakukan oleh Duta Baca Indonesia ini bertujuan untuk membantu pemerintah daerah dan provinsi dalam rangka mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020-2024, yakni peningkatan Sumber Daya Manusia.

Salah satu tolak ukur literasi adalah dengan cara meningkatkan minat baca masyarakat. Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, proses membaca semakin dimudahkan. Hal ini dikerenakan munculnya perpindahan media baca dari cetak ke digital. Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna smartphone terbanyak di Asia Tenggara. Kalaulah hal ini dimanfaatkan seefektif mungkin, tentu minat baca masyarakat Indonesia akan mengalami peningkatan.

Ada berbagai jenis e-book yang dapat dinikmati. Baik itu e-book kesehatan, bisnis, sejarah, pendidikan, politik, seni, tekhnologi, cerita rakyat, buku bergambar, novel, dan masih banyak lainnya. Semua disajikan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses sumber bacaan. Download aplikasi baca yang didukung oleh smartphone, sesuai dengan minat Anda. Jadikan membaca sebagai kebiasaan yang harus dilakukan setiap hari. Ada aplikasi baca gratis, contoh iPusnas yang merupakan persembahan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Gramedia Digital, yang memiliki layanan berlangganan ribuan buku dan majalah terbaik dengan biaya yang cukup terjangkau, dan berbagai penyedia e-book gratis atau berbayar lainnya.

Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat baca, yakni:

  • Mulailah dengan memotivasi diri sendiri, bahwa dengan membaca, pengetahuan, pandangan, dan wawasan akan semakin luas.
  • Pilih bacaan yang menarik hati, sesuai minat Anda.
  • Sisihkan waktu membaca setiap hari. Mulai dengan 15 menit, selanjutnya 30 menit, terus bertambah hingga akhirnya membaca menjadi sebuah kebiasaan yang tidak bisa dielakkan setiap harinya. 

 

Mengenalkan Literasi Pada Anak

Pendidikan karakter anak bangsa saat ini menjadi masalah yang harus ditangani secepat mungkin.  Hal ini tidak lepas dari usaha pendidikan sekaligus penanaman moral dan nilai-nilai pada anak. Pendidikan karakter bukanlah hal yang dapat dilakukan dengan singkat. Butuh proses panjang. Mulai dari menanamkan nilai-nilai luhur, budi pekerti, akhlak mulia, agama, adat istiadat, nilai-nilai Pancasila, dan masih banyak lainnya.

Lantas, muncul beberapa pertanyaan. Sudah cukupkah Anda memberi santapan batin berupa buku kepada anak-anak? Kapan terakhir kali Anda membacakan buku pada anak? Pernahkah Anda berpikir bahwa membaca buku pada anak merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus mereka terima?

Setiap anak terlahir dengan minat baca tinggi. Mereka suka melihat gambar yang ada pada buku, mereka suka berimajinasi, dan memiliki rasa ingin tahu tinggi akan berbagai hal. Sayangnya, banyak di antara mereka yang memiliki orang tua dengan minat baca yang sangat rendah. Belum lagi orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga waktu bersama anak sangatlah terbatas. Anak-anak diberi gadget agar anteng, padahal efek buruk jangka panjang cepat atau lambat akan menyapa. Misal, membuat kepribadian anak menjadi lebih individualis, terhambatnya perkembangan otak, lebih mudah trantrum, dan masih banyak lainnya. Jika hal ini terus dibiarkan, tentu akan berpengaruh pada masa depan anak. Salah satu cara mengubah kebiasaan anak bermain gadget adalah dengan mengenalkan sastra kepada anak.

Sastra anak merupakan bacaan atau cerita yang ditulis oleh anak-anak atau orang dewasa, yang ditujukan untuk anak-anak. Bacaan anak merupakan hasil kreasi imajinatif yang mampu memberi pemahaman, pengetahuan, hingga pengalaman yang indah kepada anak. Norton (1993) juga menyebutkan bahwa sastra anak-anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak melalui pandangan anak-anak.

Orang tua dan guru harus mampu membimbing anak dalam berliterasi. Dengan demikian, sastra dapat membangkitkan budaya literasi pada anak. Berikan anak buku bacaan yang sesuai dengan usianya, agar tingkat literasi anak terus berkembang hingga dewasa. Semakin banyak bahan bacaan yang mereka dapatkan, semakin betah mereka berlama-lama dengan bacaannya. Manfaat yang mereka peroleh adalah meningkatnya kinerja otak, menambah daya ingat sekaligus pengetahuan.

 

Sayembara Menulis Cerita Anak Dwibahasa Tahun 2022 oleh Balai Bahasa Sumatera Utara

Beberapa tahun belakangan ini, Balai Bahasa Sumatera Utara selalu mengadakan lomba menulis cerita anak untuk masyarakat umum yang berdomisili di Sumatera Utara, dibuktikan dengan KTP atau kartu identitas lainnya. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini lomba cerita anak yang dilombakan berbentuk picture book bertema, “Di mana Bumi Dipijak, Di situ Langit Dijunjung.” Menggunakan bahasa daerah, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Bahasa daerah yang dimaksud merujuk pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 8 Tahun 2017 tentang Pengutamaan Bahasa Indonesia dan Perlindungan Bahasa Daerah dan Sastra Daerah, yakni Bahasa Melayu, Bahasa Mandailing/Angkola, Bahasa Batak Toba, Bahasa Simalungun, Bahasa Karo, Bahasa Pakpak, Bahasa Nias, dan Bahasa Pesisir Sibolga-Tapanuli Tengah. 

Subtema yang dilombakan berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Math), yakni makanan khas, transporasi khas, mata pencaharian khas, permainan tradisional, dan tanaman asli. Naskah sendiri ditujukan untuk jenjang pembaca awal. Ada tiga kategori jenjang pembaca awal, yakni Pembaca Awal 6-8 tahun (B1), Pembaca Awal 7-9 tahun (B2) dan Pembaca Awal 8-10 tahun (B3). Setiap jenjang memiliki kerakteristiknya masing-masing.

Program yang dilakukan oleh Balai Bahasa Sumatera Utara ini merupakan salah satu bentuk Meliterasikan Sastra Sumatera Utara, khususnya bagi anak-anak jenjang pembaca awal.

Sepuluh naskah terbaik Sayembara Menulis Cerita Anak Dwibahasa 2022 diberikan kepada Parau Masin Ni Damang (Kapal Motor Bapak) karya Ira Novita Situmorang, Aek Mual Si Paro Dame (Mata Air Pembawa Damai) karya Berliana Siregar, Bulung Gadung nai Duda, Tabo! (Daun Ubi Tumbuk, Maknyos!) karya Eva Riyanty Lubis, Dayok Nabinatur, Masakan Opung Bulang (Ayam Teratur, Masakan Nenek) karya Tomson Panjaitan, Tabodo Dekke Naniura Bahenan ni Opung (Enaknya Naniura Buatan Nenek) karya Suci Manurung, Enjaga Bulung Tarebangun (Menjaga Daun Torbangun) karya Winarti, Hezo So Ga Edo? (Di mana Edo Berada?) karya Mesrawati Telaumbanua, Sialangon Naimbaru Nanihalomohon si Aca (Makanan Baru Favorit Aca) karya Indri Eucharisty Sibarani, Sipatu tu Si Minar (Sepatu untuk Minar) karya Siska Dewi Naibaho, dan Toko Merasana Ginaru (Ginaru Enak Sekali) karya Nina Nola Boang Manalu.

Adanya sastra anak, bertujuan untuk meningkatkan budaya literasi, apalagi di dalamnya mengandung konten lokal sekaligus menggunakan bahasa daerah. Anak-anak dikenalkan seperti apa konten lokal di daerahnya masing-masing. Semoga naskah seperti ini terus dilestarikan hingga masa mendatang. Sebagai penulis buku anak, mari berlomba-lomba menuliskan cerita yang menarik bagi anak, dengan berbagai pendidikan karakter di dalamnya.

 

Eva Riyanty Lubis

Padangsidimpuan, Oktober 2022.

 


No comments:

Post a Comment