How You Life Your Life

MEMAKNAI PERINGATAN HARI IBU - Happy Mother’s Day

Happy Mother’s Day

Harian Medan Bisnis, Rubrik Reporter Tamu Karya Belia. 

Minggu, 21 Desember 2014.





MEMAKNAI PERINGATAN HARI IBU

Eva Riyanty Lubis


Tahukah kamu bahwa setiap tanggal 22 Desember di Indonesia diperingati sebagai hari Ibu secara nasional?

Tanggal tersebut diresmikan oleh Presiden Soekarno di bawah Dekrit Presiden No. 316 tahun 1953, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928.

Hari Ibu di Indonesia dirayakan pada ulang tahun hari pembukaan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama, yang digelar dari 22 hingga 25 Desember 1928. Kongres ini diselenggarakan di sebuah gedung bernama Dalem Jayadipuran, yang kini merupaakan kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional di Jl. Brigjen Katamso, Yogyakarta. Kongres ini dihadiri sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Di Indonesia, organisasi wanita telah ada sejak 1912, terinspirasi oleh pahlawan-pahlawan wanita Indonesia di abad ke-19 seperti Kartini, Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said, dan sebagainya. Kongres dimaksudkan untuk meningkatkan hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pernikahan.

Indonesia juga merayakan Hari Kartini pada 21 April, untuk mengenang aktivis wanita Raden Ayu Kartini. Ini merupakan perayaan terhadap emansipasi perempuan. Peringatan tanggal ini diresmikan pada Kongres Perempuan Indonesia 1938. Pada saat Presiden Soekarno menetapkan Kartini sebagai pahlawan nasional emansipasi wanita dan hari lahir Kartini sebagai memperingati hari emansipasi wanita nasional. Tetapi banyak warga Indonesia yang memprotes dengan berbagai alasan diantaranya Kartini hanya berjuang di Jepara dan Rembang, Kartini lebih pro Belanda dari pada tokoh wanita seperti Cut Nyak Dien, dll. Karena Soekarno sudah terlanjur menetapkan Hari Kartini maka Soekarno berpikir bagaimana cara memperingati pahlawan wanita selain Kartini seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said, dll. Akhirnya Soekarno memutuskan membuat Hari Ibu Nasional sebagai hari mengenang pahlawan wanita alias pahlawan kaum ibu-ibu dan seluruh warga Indonesia menyetujuinya.

Lain halnya di Indonesia, di Amerika dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hong Kong, Hari Ibu atau Mother’s Day dirayakan pada hari Minggu di pekan kedua bulan Mei. Di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day diperingati setiap tanggal 8 Maret.

Hari Ibu sendiri diyakini sebagai momen peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarga, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya. Peringatan dan perayaan itu biasanya dilakukan dengan membebastugaskankan ibu dari tugas sehari-hari yang dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya.

Kini, arti Hari Ibu telah banyak berubah, dimana hari tersebut diperingati dengan menyatakan rasa cinta terhadap kaum ibu. Orang-orang saling bertukar hadiah dan menyelenggarakan berbagai acara dan kompetisi, seperti lomba memasak di lingkungannya masing-masing, di tempat kerja, dsb.

Sebenarnya kalau kita telisik lebih dalam, memperingati hari ibu bukanlah hanya di tanggal 22 Desember saja. Namun kita juga harus memperingatinya setiap hari. Sebab ibu adalah perempuan yang melahirkan kita, merawat dan memberikan cinta serta kasih sayang tulus ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun.

Dalam agama saja dikatakan kalau kita harus lebih menyayangi ibu tiga kali lipat dibanding ayah. Apalagi kalau kita sebagai anak dikatakan kalau surga berada di bawah telapak kaki ibu. Kalau ibu tidak memberi restu akan apa yang kita perbuat atau kerjakan, niscaya kita akan celaka.

Untuk itu kita harus selalu berbuat baik pada ibu. Jangan sampai berlaku durhaka. Meski kita sekarang sudah dewasa, bukan berarti apa yang kita pikirkan segalanya benar. Kita akan terus membutuhkan ibu. Dulu, kini dan selamanya. Tanpa ibu kita tidak akan bisa hidup seperti sekarang ini. Kepada teman-teman yang masih memiliki ibu, sayangi beliau seperti beliau menyayangimu tanpa akhir. Bagi ibunya yang telah pergi menghadap Yang Maha Kuasa, terus doakan beliau agar mendapat tempat yang layak di sisiNya. Terus ucapkan terima kasih sebab Tuhan telah mengirimkan malaikat tanpa sayap tersebut dalam hidupmu.

No comments:

Post a Comment