How You Life Your Life

KELILING DISTRIK WANGGAR MAKMUR NABIRE – PAPUA YANG SEJUKKAN HATI

Adik-adikku yang ramah



by Eva Riyanty Lubis 

        Distrik Wanggar Makmur merupakan salah satu dari lima belas distrik yang terdapat di Kabupaten Nabire, Papua. Ibukotanya sendiri Kota Nabire. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di tanah Papua, saya langsung disuguhi pemandangan alam yang sungguh menyejukkan hati. Betapa Sang Pencipta telah menciptakan alam Papua yang akan membuat siapa saja jatuh cinta. Langit putih biru dengan warnanya yang sangat jelas, pepohonan rindang, burung terbang bebas ke sana kemari dengan kicauannya yang merdu, ditambah dengan masyarakatnya yang ramah tamah. Tidak ada polusi, macet, atau suara bising pekakkan telinga. Papua memang tempat paling sesuai untuk 'sembunyi' sejenak dari hiruk piruk kota yang tidak pernah lelah beraktivitas siang malam.

Alam yang indah


       Sebenarnya tujuan utama saya ke Papua adalah melakukan Residensi Penulis di Puncak Jaya. Dikarenakan pesawat menuju tempat tersebut hanya ada satu dalam satu minggu, dan saya sendiri belum tahu kapan dapat jadwal terbang, maka saya harus berbesar hati untuk ‘singgah’ sejenak di Nabire. Agar perjalanan ini tidak sia-sia, sudah sepantasnya saya menikmati ‘hidup’ di Nabire. Bersyukurlah saya sebab sang suami selalu setia menemani. Alhasil tak harus tersesat seorang diri di wilayah yang jauh dari rumah tempat saya lahir dan dibesarkan–Padangsidimpuan. 

Mayoritas masyarakat Wanggar Makmur adalah penganut agama Kristen


        Sebelum tiba di Nabire, suami sudah meminta tolong kepada salah seorang kenalannya yang telah lama merantau di Nabire untuk dicarikan tempat tinggal. Maklum saja, biaya menginap di hotel di Nabire tergolong mahal. Apalagi kalau sampai menginap berminggu-minggu. Bisa bengkak pengeluaran kita. Bersyukurlah kita karena bertemu dengan keluarga Sitorus yang sudah lumayan lama merantau di Nabire. Kita diizinkan tinggal di rumah beliau hingga memperoleh tiket pesawat menuju Puncak Jaya. Bahkan selama tinggal bersama keluarga yang dianugerahi dua orang putra itu, kami belajar banyak perihal kehidupan masyarakat Papua, khususnya Nabire.  

Udaranya bersih. Tanaman ada di mana-mana


        Kembali pada topik di atas, Distrik Wanggar Makmur adalah salah satu tempat yang layak dikunjungi. Anda akan menemukan rumah penduduk yang jarak satu rumah dengan rumah di sebelahnya dibatasi oleh kebun. Jadi, tidak akan ditemukan rumah berdempetan di sini. Distrik Wanggar Makmur yang tergolong jauh dari kota –kisaran satu jam– merupakan salah satu wilayah yang kaya akan hasil perkebunan. Sepanjang mata memandang, Anda akan menemukan kebun jagung, jeruk, cabai (rica), ubi, pisang, durian, mangga, tebu, nanas, papaya, jambu, dan sebagainya. Jeruk Nabire merupakan oleh-oleh khas kota ini, lho. Sedangkan hewan yang banyak diternakkan di sini adalah babi dan sapi. 

Salah satu masjid yang saya temukan di Wanggar Makmur


        Bila Anda duduk sejenak di tepi kebun, maka berbagai jenis burung tampak melintas. Terkadang mereka juga mengeluarkan suara merdunya yang membuat kita takjub. Maklum, di kota tempat saya berasal, tersisa burung gereja yang masih terbang bebas. Burung jenis lainnya sudah masuk sangkar dan dijual dengan harga beragam. Selain masyarakat asli Papua, penghuni Distrik Wanggar Makmur lainnya merupakan pendatang yang berasal dari Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Namun, selama berada di Distrik Wanggar Makmur, saya paling banyak berjumpa dengan pendatang yang berasal dari Sumatera Utara (Batak Toba), Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Di sini, mayoritas penduduk menganut agama Kristen Protestan, sedang sisanya Islam dan Hindu. Jadi, selain gereja yang bisa Anda temukan dengan mudah di setiap pinggir jalan, terdapat pula masjid dan pura, meskipun jumlahnya sangat sedikit. Walaupun berbeda keyakinan, masyaraknya saling menghormati satu sama lain. 

Rio yang bercita-cita menjadi seorang tentara


        Hidup di Nabire, khususnya Distrik Wanggar Makmur, Anda diwajibkan untuk mampu lebih mandiri. Misal dalam hal makanan. Karena penjual makanan di sini sangat minim –kalaupun ada letaknya sangat jauh– maka Anda harus rajin memasak. Bila tidak memiliki alat transportasi pribadi, Anda tidak perlu risau sebab ojek dan angkutan umum berupa damri dan mobil pribadi yang telah diberi nama sebagai angkutan umum bisa ditemukan dengan mudah. 

Rindu mereka ^^


        Selain alamnya yang sangat indah, hal lain yang membuat saya betah di sini adalah anak-anaknya yang riang gembira. Bila sore tiba, anak-anak asli Papua dan pendatang akan bermain bersama di depan rumah atau pinggir jalan. Ada yang duduk bergerombolan, bersepeda, berlarian ke sana ke mari, atau berjalan memasuki hutan. Setiap bertemu dengan anak-anak tersebut, dengan ramah mereka berujar, “Sore.” Hal yang jarang saya temukan di tempat saya berasal, bahkan di berbagai daerah lainnya. Bayangkan, Anda disapa setiap berjumpa! Hal ini mengajarkan saya untuk lebih peduli pada sekitar. Maklum saja, saat ini sudah semakin banyak masyarakat yang cuek akan keadaan sekitarnya. Contoh kecil, bertetangga bertahun-tahun namun tidak tahu siapa tetangganya tersebut. Kalau dipikir-pikir, kebangetan sekali, ya? Mari lebih peka dan peduli pada sekitar. 


        Demikian cerita singkat saya dari Distrik Wanggar Makmur. Bila liburan ke Nabire, jangan lupa berkunjung ke Distrik Wanggar Makmur, ya! 


Papua, Oktober 2019



 








No comments:

Post a Comment