How You Life Your Life

Puncak Jaya Papua, Kepingan Surga di Ujung Indonesia





Jika keberanian, waktu, dan uang kompak bertemu, berkunjunglah ke Puncak Jaya Papua. Jangan sampai orang lain lebih paham tempat ini dibanding kita, masyarakat asli Indonesia.

Keanekaragaman budaya dan alam di Tanah Papua merupakan daya tarik tersendiri dibanding daerah lain di Indonesia. Menjadi pulau terbesar di Indonesia, Papua menawarkan keindahan sempurna. Beberapa ikon yang tak akan lekang oleh waktu, antara lain Raja Ampat dan berbagai gugusan pulau-pulau kecilnya, the bird of paradise: cenderawasih, bakar batu, tas noken yang mendunia, kerajinan lukisan kayu, dan masih banyak lainnya.

Kabut di antara pegunungan Puncak Jaya

Puncak Jaya sendiri merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua, dengan ibukota terletak di distrik Kota Mulia. Puncak Jaya terdiri dari dari delapan distrik, yakni Distrik Mulia, Distrik Ilu, Distrik Fawi, Distrik Mewoluk, Distrik Yamo, Distrik Tingginambut, Distrik Torere, dan Distrik Jigonikme. Adapun suku asli yang mendiami kawasan pegunungan tengah ini antara lain Suku Dani, Suku Lani, Suku Damal, Suku Dawa, Suku Nduga, Suku Turu, dan Suku Wano. Sedangkan sisanya berupa pendatang dari berbagai daerah. 

Bandara Ilu Puncak Jaya Papua

Puncak Jaya bukanlah salah satu destinasi favorit pecinta traveling. Bila ditelusuri melalui internet, tempat ini tergolong rawan alias tidak disarankan bagi pendatang. Kasus pertumpahan darah banyak terjadi di sini. Tak heran pecinta traveling, ketika ‘dolan-dolan’ ke Papua, bakalan memilih Raja Ampat, Danau Sentani, Lembah Baliem, dan beberapa icon lainnya sebagai destinasi tujuan. 

Puncak Jaya Papua dari udara.

Namun, saya berpendapat lain. Tempat lain sudah pasti bagus hingga kabar beritanya sampai ke luar negeri. Berbeda hal dengan Puncak Jaya, salah satu kabupaten yang jarang dikunjungi pecinta traveling. Pertama kali menginjakkan kaki di sini, puji syukur tak terhingga kepada Sang Pencipta terus keluar dari bibir. Tempat ini luar biasa indah! MasyaAllah MasyaAllah MasyaAllah….

Udara segar namun dingin menyambut saya. Usut punya usut, ternyata Puncak Jaya adalah salah satu daerah paling dingin di Indonesia, lho. Jadi, saya sudah tidak kaget ketika turun dari pesawat kecil dan tiba di Bandara Ilu, Puncak Jaya Papua. Memang sebelum mengunjungi suatu tempat, wajib hukumnya mencari segala informasi seputar tempat tersebut, agar lebih mudah beradaptasi. 

Menyelami keindahan Puncak Jaya Papua bersama suami.


Saya pejamkan mata beberapa detik, menikmati udara yang masuk ke seluruh tubuh, seolah menyambut kedatangan saya. Ketika mata terbuka, saya pandang sekeliling. Ada banyak masyarakat asli Puncak Jaya di sini. Woi! Mimpi apa saya bisa melihat dan bercengkrama secara langsung dengan masyarakat asli Papua? MasyaAllah… ini adalah mimpi yang akhirnya terwujud. 

Di depan honai, rumah adat Papua.


Kata orang, mereka menyeramkan. Tapi bagi saya, mereka ramah, hangat, dan penuh cinta. Saya disambut dengan baik, padahal ada banyak perbedaan di antara kami. Mulai dari suku, budaya, pakaian, bahasa, dan sebagainya. Setelah mengenal mereka beberapa hari, bisa saya simpulkan bahwa mereka memiliki hati yang luar biasa hangat. Setiap berjumpa dengan para tetua, saya selalu dapat pelukan. Apakah mereka menganggap saya berbeda, khususnya karena mengenakan hijab? Tidak sama sekali. Saya seperti keluarga yang telah terpisah lama. Ketika bertemu, rindu menggunung pun lumer satu demi satu. MasyaAllah.


Pegunungan Eksotis dari Puncak Jaya Papua

Dikelilingi pegunungan.

Sepanjang mata memandang, kamu akan menemukan pegunungan nan eksotis. Sebutan Papua destinasi wisata hijau memang pantas disematkan bagi provinsi ini. Sebelumnya, tidak pernah saya temukan tempat dikelilingi gunung indah seperti ini. Pantas saja nama kabupaten ini Puncak Jaya, ya. Tempatnya di puncak J Pegunungan nan hijau  berhasil membuat mata, hati, dan pikiran jadi segar. Rasanya ingin memeluk gunung tersebut, saking dekatnya dia dari jangkauan. 

Banyak masyarakat asli Puncak Jaya yang tinggal di pegunungan tersebut, lho. Padahal untuk menaiki gunung, butuh waktu berjam-jam. Belum lagi jalanan penuh bebatuan yang mereka lalui setiap hari tanpa alas kaki! Wow! Selain itu, para mama[1] biasanya membawa buah hati dalam noken. Jadi, bebannya sungguh berat. Berjalan melintasi sungai? Itu biasa. Pantas saja badan mereka kuat, ya. Perjuangan menuju rumah saja naik turun gunung. Coba tanya pada diri sendiri, sanggup seperti itu? Saya sih angkat tangan. 

Di pegunungan Puncak Jaya, ada banyak pepohonan yang bisa dijadikan sebagai kerajinan tangan oleh masyarakat asli Papua, khususnya para mama. Jadi, suami naik gurung mencari bahan-bahan untuk dibuat kerajinan tangan, kemudian istri yang mengerjakannya. Makanya jangan heran, hasil kerajinan tangan mereka tidak ada duanya. Sebut saja tas noken, koteka, rok Papua, aksesoris, dan sebagainya. Harganya cukup mahal, sesuai dengan hasil yang didapatkan. Maklum, seluruh bahan pembuatan asli dari gunung. Jadi, wajar bila harganya mahal. Proses pembuatannya juga memakan waktu cukup lama. Pendatang biasanya tak lupa untuk membeli kerajinan tangan mereka untuk dijadikan oleh-oleh atau kenangan. 

Para Mama mengenakan tas noken buatan sendiri


Para Mama di Puncak Jaya Papua, Gemar Bercocok Tanam

Hasil panen para mama dijual di pasar.

Orang Papua asli, khususnya para mama, gemar bercocok tanam. Hasil panen mereka memang tidak melimpah, tapi sangat baik sebab tanpa bantuan pupuk kimia. Otomatis hasil panennya segar dan bagus buat kesehatan. Ada kentang, tomat, rica[2], bawang pere, daun sup, ubi jalar, ubi kayu, bayam, mentimun, dan masih banyak lainnya. Meskipun ikan dan daging susah ditemukan di sana sebab jaraknya yang cukup jauh dari perkotaan. Jadi, kalaupun ada ikan dan daging, harus dikirim menggunakan pesawat dari Nabire, Wamena, atau Jayapura. Meskipun susah memperoleh lauk di sana, tapi masyarakatnya tidak banyak mengeluh. Makan pakai sayur saja sudah Alhamdulillah. Hal ini merupakan salah satu pelajaran yang saya dapatkan dari mereka. Untuk terus bersyukur atas segala keadaan yang ada.

Puncak Jaya Papua, Destinasi Wisata Hijau 

Kebun keladi.

Menilik keindahan Puncak Jaya Papua, pantaslah tempat ini disebut sebagai destinasi wisata hijau. Keindahan tiada tara yang membuat siapa saja jatuh cinta. Bila kamu berkunjung ke sini, bisa dipastikan kamu jatuh cinta dan tak ingin cepat kembali ke kampung halaman. Suasana asri, damai, tentram, ditambah pesona lingkungan yang tidak ada duanya. Sebagai masyarakat Indonesia pecinta traveling dan alam, sudah sewajarnya berkunjung ke Puncak Jaya. Selami keindahan pegunungan sekaligus hutannya hingga cintamu pada Papua kian bertambah. 

NB:
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog Wonderful Papua dengan tema Papua, Destinasi Wisata Hijau oleh EcoNusaFoundation dan Blogger Perempuan Network.

#BeradatJagaHutan 
#PapuaBerdaya  
#PapuaDestinasiHijau 
#EcoNusaXBPN  
#BlogCompetitionSeries 




Padangsidimpuan, 20 Maret 2020
Eva Riyanty Lubis



[1] Sebutan bagi perempuan Papua yang telah menikah.
[2] Sebutan cabai

5 comments:

  1. papua memang kuerennn

    ReplyDelete
  2. ya Allah mbak. Bagus bangeeet Papua. Aku jadi kepengen mampir kesini. Apalagi ke Raja Ampat dan Gunung Jayawijaya. Menikmati indahnya 'surga' kecil yang seolah ditinggalkan oleh-Nya di bumi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga doanya segera dijabah Allah ya, Kak. AMin aminnn ya Robbal Alaminn.

      Delete
  3. Pingin juga seperti kakk mengabdi di sana
    Apa ada cara buat bisa mengabdi di sana
    Tapi di biayai pemerintah

    ReplyDelete