Eva
Riyanty Lubis
Setiap orang mempunyai kesempatan
yang sama untuk menjadi kaya. Permasalahannya, tidak semua orang tahu cara
mencapai hal tersebut. Banyak juga orang yang terkurung dengan pemikirannya
bahwa hidup itu harus dijalani apa adanya. Mau miskin, mau kaya, semua
diserahkan pada nasib dan takdir. Padahal dalam salah satu surah Al-Qur’an
disebutkan bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu
sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka.
Indonesia adalah salah satu Negara
dengan penduduk terbanyak di dunia. Sayangnya tingkat kemiskinan di Negara kita
ini sangat tinggi. Padahal kita kaya akan sumber daya alam. Mengapa hal itu
bisa terjadi? Sebenarnya ada banyak faktor. Mulai dari minimnya pendidikan
sehingga membuat kita tidak bisa berpikir jauh ke depan, pola pikir yang
menerima apa adanya, tidak memiliki tujuan hidup, tidak ada ambisi, kesehatan
yang buruk, mudah menyerah, masa kecil yang suram, malas, takut keluar dari
zona aman, tidak bisa disiplin, tidak bisa mengelola waktu, salah memilih
pasangan, paranoid, suka berkhianat,
dan masih banyak faktor lainnya.
Bagaimana kita bisa kaya kalau diri
kita sendiri belum diperbaiki? Mengapa kita cemburu melihat keberhasilan orang
sedangkan kita tidak bisa introspeksi diri? Mengapa yang kaya semakin kaya
sedangkan yang miskin semakin miskin?
“Ah,
tak perlu kaya. Biar miskin asal bahagia.”
Benarkah itu? Faktanya, orang kaya akan berpeluang memperoleh
kebahagian lebih banyak ketimbang orang miskin. Mereka bisa menghabiskan banyak
waktu dengan keluarga karena ada pihak-pihak yang sudah dipercaya untuk
mengelola bisnis, mereka bisa mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi bahkan
mampu mempekerjakan chef handal,
mereka bisa memperoleh pendidikan setinggi mungkin, mereka bisa melakukan
banyak kegiatan amal dan sosial, mereka bisa menghabiskan waktu liburan kemana
pun mereka mau, dan masih banyak lainnya. Sedangkan orang miskin harus
mati-matian banting tulang agar bisa survive
dari hari ke hari. Suami istri kerja setiap hari, siang malam, bahkan harus mengorban
waktu dengan anak.
Sebenarnya saya tidak menjudge orang miskin, tetapi saya benci
dengan kemiskinan. Kemiskinan membuat kita tak berdaya, tidak percaya diri,
tidak bisa melakukan banyak hal, bahkan menjadi pribadi dengan hutang menumpuk.
Kalau kita memiliki peluang untuk menjadi kaya, mengapa harus miskin?
Pertanyaannya adalah bagaimana cara mendapatkan uang lebih banyak, lebih cepat,
dengan cara halal agar hidup menjadi lebih indah, lebih bahagia, dan lebih
berfaedah?
Jadi, mulai sekarang tanamkan pada
pikiran kalau kamu bisa kaya. Saya berhak
menjadi kaya! Saya berhak menjadi pemberi bukan penerima! Pohon tidak akan
bertanya seberapa tinggi ia akan tumbuh, melainkan ia tumbuh saja setinggi
mungkin selama ia bisa. Begitu juga dengan kita. Kenali dirimu, kembangkan
segala potensi yang ada, dan kerahkan segala kemampuanmu semaksimal mungkin.
Jangan sesekali membatasi dirimu. Kamu tidak akan pernah tahu betapa luar
biasanya dirimu setelah berhasil mendapatkan uang lebih dari yang kamu
bayangkan.
Orang kaya tidak selamanya lahir
dari keluarga kaya raya. Kamu bisa berkaca pada Ray Kroc—pendiri McDonald’s.
Dia berkata, “I commit to being the very
best at what I do.” Dia memerlukan motivasi, disiplin, hasrat, dedikasi,
dan sikap pantang menyerah hingga akhirnya bisa menggenggam kesuksesan.
Bila ingin kaya, maka fokuslah.
Berjuang semaksimal mungkin. Bahkan tidak sedikit orang yang berhasil mencapai
sukses untuk mengesampingkan kesenangan pribadinya. Dia berkorban karena dia
tahu, bila sukses telah diraih, dia bisa melakukan apa saja. Dia bisa
mendapatkan kesenangan yang lebih luar biasa. Apa jadinya bila Michael Jordan
memilih untuk bersantai dan bermain ke sana-kemari ketika harus berlatih untuk
pertandingannya?
Nasib ada ditangan kita. Berani
mengambil resiko dan mempertanggungjawabkan segala keputusan yang kita ambil.
Banyak orang di luar sana yang berhasil menjadi jutawan. Jadi, mengapa kita
tidak berusaha untuk mendapatkan hal yang sama?
Memang, menjadi orang kaya tidaklah
semudah membalik telapak tangan. Butuh proses yang sangat panjang. Beberapa
contoh yang bisa dilakukan adalah dengan menyisihkan minimal 10% pendapatan
setiap bulannya. Membeli barang yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan.
Menginvestasikan tabungan. Tidak berpura-pura kaya—tak perlu mengeluarkan
banyak uang agar terlihat kaya di mata orang banyak, karena itu benar-benar
sebuah kesalahan fatal. Mendapat income
tambahan. Yang pasti, jangan habiskan waktu dengan sia-sia. Patutlah dikatakan
bahwa waktu adalah uang. Setiap orang diberikan jatah waktu yang sama. 24 jam
sehari. Yang menjadi pembeda adalah bagaimana kita mengelola waktu tersebut
dengan benar dan bermanfaat.
“Kalau kaya, bakalan sombong dan
pelit.”
Siapa bilang? Semua tergantung pada
pilihan masing-masing. Yang pasti, menjadi kaya memberikan kesempatan dan
kebebasan untuk menjadi lebih baik dalam segala hal. Jadilah orang kaya yang
menebar kebaikan. Jadilah orang kaya yang berjalan di jalanNya. Kamu bisa menjadi
apapun yang kamu inginkan. Kunci dari setiap perubahan dan perbaikan hidup itu
adalah tindakan dan sekarang.
Padangsidimpuan, 04 Januari 2017
2 Comments
Makasih udah sharing ya mbak
ReplyDeletealhamdulillah. Makasih kunjungannya, Mas.
ReplyDelete