Sebelum berita duka ini saya terima, sudah ada beberapa teman nge-WA
kalau Radaksi Analisa bakalan melakukan pengurangan rubrik dan tidak ada lagi
honor bagi penulis. Jujur, saya sedih. Sedihhh sekali. Bahkan sebelum teman
nge-WA, beberapa tulisan berhasil saya layangkan ke Analisa. Analisa merupakan
salah satu media kebanggaan Sumatera Utara dan menurut saya, media ini pulalah
yang paling loyal bagi penulis.
Analisa tidak memandang tulisan dari penulis baru atau yang sudah
lama berkecimpung dibidang ini. Asal tulisan layak, insyaAllah pasti dimuat. Tulis,
kirim, lupakan. Jadi, sembari menanti tulisan dimuat, kita sebagai penulis
wajib baca dan nulis lebih banyak lagi. Tujuannya agar tidak fokus menanti
kabar naskah yang tengah berjuang dengan naskah lainnya di meja redaksi.
Analisa merupakan media yang menghantarkan saya menuju mimpi.
Mimpi menjadi seorang penulis. Tulisan pertama saya adalah cerpen berjudul, “Pria Bersenyum Manis,” terbit di Rubrik
Rebana pada hari Minggu, 09 September 2012. Pak Idris Pasaribu merupakan
redaktur rubrik tersebut. Dari beliau pulalah saya belajar banyak seputar
kepenulisan, hingga sempat bergabung di Komunitas Sastra Indonesia Medan,
kisaran tahun 2014 – 2015. Kita selalu diskusi pada Hari Sabtu di bawah pokok
asam, Taman Budaya. Kenangan indah itu tiba-tiba terbersit dibenak saya….
![]() |
Pertama kali ke Analisa tahun 2012 sekaligus jumpa redaktur fenomenal, Pak Idris Pasaribu. |
Terhitung sejak 2012-2019, tulisan saya yang dimuat di Harian
Analisa terdiri dari:
- 1 Resensi (Rubrik Resensi Rabu)
- 7 Cernak (Rubrik Taman Riang)
- 11 Humor (Rubrik TRP)
- 11 Tulisan Pariwisata (Rubrik Pariwisata)
- 24 Artikel (Rubrik TRP)
- 24 Puisi (Rubrik Rebana dan Puisi Rabu)
- 31 Cerpen (Rubrik Rebana, TRP, dan Cerpen Rabu)
Analisa merupakan teman berjuang kala saya menempuh pendidikan
dibangku universitas. Kuliah dengan biaya sendiri sungguh tidak mudah. Butuh
perjuangan ekstra maksimal. Untuk mencukupi biaya kuliah sekaligus biaya hidup,
saya menulis ke berbagai media cetak.
Analisa, terima kasih tak terhingga.
Terima kasih telah mewujudkan mimpi saya.
Terima kasih telah memberikan kesempatan emas yang sungguh luar
biasa.
Dari Analisa saya berkenalan dan bertemu dengan banyak penulis.
Dari Analisa saya bisa sedikit ‘pamer’ atas tulisan yang dimuat kepada
keluarga dan teman-teman.
Dari Analisa saya dapat pemasukan yang membuat saya bangga pada
diri sendiri.
Zaman yang kian canggih, menjadikan media cetak mati satu demi
satu, digantikan oleh media online yang kini lebih dicintai netizen. Semoga
kita bisa ‘berbaur’ dengan dunia ini. Sungguh,
tak ada yang abadi dan semua ada masanya.
Akhir kata, terima kasih dari hati paling dalam kepada Harian
Analisa Medan, khususnya para redaktur. Pak Idris Pasaribu, Pak Anthony Limtan,
dan Pak Kwa Tjen Siung.
Padangsidimpuan, 17 Desember 2019
Salam sastra,
Eva Riyanty Lubis
1 Comments
Kak. Gimana dengan artikel yang terbit sebelum tanggal 15 desember? Tetap hangus kah?
ReplyDelete