How You Life Your Life

Percikan Gadis - Ngompol

pixabay.com


Majalah Gadis edisi 25, 16 - 25 September 2014. 
 
Eva Riyanty Lubis

            Hari yang melelahkan bagi Indri. Karena setiap hari Sabtu mereka ada pelajaran olahraga. Dan seperti hari ini, anak cewek dapat bagian bermain basket dan yang cowok bermain sepak bola. Indri yang memang menyukai olahraga tentu tidak akan ketinggalan bagian.
            Indri sedang duduk di salah satu bangku kantin sekolah ketika Gina datang menghampirinya.
            “Indri, masih ingat kan janji kita dua minggu yang lalu?” Tanya Gina dengan wajah sumringah.
            Indri mengerutkan keningnya. “Janji yang mana?”
            “Kamu nginep di rumah aku. Kan Kak Aldo bakalan datang dari Singapura. Dia cuma sehari lho ke sininya. Gimana sih? Kok bisa lupa? Kamu sudah nggak naksir kakak aku lagi?” Tatap Gina dengan mata menyipit.
            Indri menepuk jidatnya. “Ya ampunnnn…. Aku sampai lupa. Jadi dong. Masa nggak jadi?”
            “Oke deh.” Gina kembali tersenyum. “Habis pulang sekolah kamu langsung ikut aku atau masih pulang dulu ke rumahmu?”
            “Aku nyusul deh Gin. Kamu duluan aja. Eh, Kak Aldo datangnya jam berapa?”
            “Kalau nggak ada halangan sore dia udah sampai rumah.”
            “Oke oke. Aku harus ketemu sama Kak Aldo.” Ucap Indri bersemangat.
            Gina menganggukkan kepalanya. “Baik kalau begitu.”
            Indri sudah suka dengan kakak kecenya Gina sejak dua tahun yang lalu. Sayangnya Kak Aldo memutuskan untuk melanjutkan study di Negara tetangga. Jadinya kesempatan untuk jumpa apalagi pedekate sangat sedikit.

            Gina sendiri merasa kalau Indrilah yang pantas menjadi pasangan kakaknya. Karena baginya Indri selain cantik, pintar, kaya, juga baik hati. Malah ada banyak cowok yang demen pada Indri. Hanya saja Indri sudah melabuhkan hatinya pada Kak Aldo.
*
            “Yakin nginap di rumah Gina?” Tanya Mama khawatir.       
            “Iya, Ma. Emang kenapa?” Indri mengerutkan keningnya.
            “Kamu habis olahraga lho. Pasti kecapekan. Nanti tidur di rumah orang kalau sampai ngompol lagi gimana?”
            Indri sampai lupa memikirkan hal penting itu. “Nggak bakalan ngompol Mama. Kan minggu kemarin Indri nggak ngompol meski ikut olahraga.” Kilah Indri meyakinkan.
            “Minggu kemarin kalian kan nggak olahraga. Gurunya rapat. Lupa?”
            “Ya pokoknya Mama doakan saja kalau Indri nggak kenapa-kenapa.”
            “Kenapa sih harus nginap segala di rumah Gina? Walau kalian sahabatan, nggak usah pakai nginaplah. Mama khawatir. Lagian sampai sekarang dia nggak tahu kan ‘penyakit’ kamu itu.”
            Indri mesam-mesam mendengar penjelasan Mama. “Indri bakalan baik-baik aja, Mama.”
*
            Indri sangat bahagia akhirnya bisa bertemu dengan Kak Aldo. Di mata Indri, cowok itu jauh makin keren.
            “Lancar sekolahnya, Indri?” Tanya Kak Aldo dengan suaranya yang merdu.
            “Alhamdulillah lancar, Kak.” Jawab Indri tersipu-sipu.
            “Nanti tamat SMA, kuliahnya di Singapura aja. Biar kita bisa ketemu?”
            Jantung Indri berdetak hebat mendengar kalimat yang dilontarkan Kak Aldo.
            “Serius, Kak?”
            Kak Aldo menganggukkan kepalanya. “Kamu hmmm…. Udah punya pacar?”
            Indri menggelengkan kepalanya. “Masih menunggu orang yang di depan aku.” Bisik Indri sembari menundukkan kepalanya.
            Kak Aldo tiba-tiba mengelus rambut panjang Indri. “Kita tunggu waktu tepat ya, Indri.”
            Indri luar biasa bahagia. Karena dia mendapat sinyal positif dari Kak Aldo. Malam itu dia terus-terusan mengunggapkan kebahagiaannya kepada Gina. Tentu saja Gina turut bahagia. Indri sahabat sekaligus calon iparnya. Hihi….. Mereka terus tertawa penuh kebahagiaan. Tak terasa waktu sudah larut malam. Keduanya pun terlelap dengan mimpi indahnya masing-masing.
            Pagi harinya rumah Gina geger. Gina berteriak hebat. kontan saja orang tua Gina beserta Kak Aldo langsung datang menyerbu kamar Gina. Indri yang merasa ribut juga terbangun dari tidurnya.
            “Ada apa?” Tanya mereka semua hampir berbarengan dengan wajah cemas sembari menatap Gina.
            “Indri ngompoooooool! Baukkkkk!”
            Indri tersadar. Wajahnya pun mendadak berubah warna.

No comments:

Post a Comment