![]() |
Sumber: https://pixabay.com/en/board-heart-play-over-love-off-1820678/ |
Pernahkah kamu
merasa hidupmu membosankan?
Tidak ada
gairah.
Tidak ada
passion.
Tidak tahu
arah dan tujuan.
Seperti
orang linglung.
Hidup segan
mati tak mau.
Itulah beberapa
bulan terakhir ini yang kini aku rasakan.
Aku merasa
sedih akan diriku. Sedih atas apa yang menimpa diriku. Sedih akan perlakuan
yang harus kurasakan. Mengapa aku harus merasa seperti ini? Dan berbagai
pertanyaan lainnya. Semakin kupikirkan, semakin aku tak kuasa membendung air
mata.
Pernikahan
adalah sesuatu yang sakral. Sesuatu yang seharusnya terjadi satu kali seumur
hidup. Ketika memutuskan untuk menikah, doaku adalah menjadi pasangan dunia
akhirat dari suamiku. Sayang sungguh sayang. Kita hanya bisa berencana, namun
jalan hidup Tuhan yang memutuskan.
Aku sudah berusaha
sekuat tenaga untuk bertahan di tengah cobaan bertubi-tubi yang melemahkan
iman. Ya! Seriously I tried very hard. Yang namanya manusia pasti memiliki
tingkat sabar berbeda. Ketika aku tak sanggup, maka aku tak lagi sanggup.
Please forgive me, God. You know my heart. You know all of me.
Pernikahan
yang seharusnya menjadi ladang mencari kebaikan, ladang memperoleh berkah, dan
sebagainya berubah menjadi neraka. Teriakan, caci maki, dan sebagainya menjadi
makanan sehari-hari.
Ketika aku
lelah menangis, aku memutuskan untuk berteriak. Berteriak sekuat yang aku bisa.
Kulepaskan semua amarah, kecewa, sedih, dan gemuruh di dada. Aku lelah
diperlakukan tidak adil. Aku lelah tidak dianggap sebagai pasangan terbaik. I
know that I am not the best. But, I tried my best, Allah.
Aku mencoba
kuat menghadapi segalanya. Tidak banyak yang tahu apa isi hatiku. Orang-orang
di sekitarku merasa aku baik-baik saja. Maklum, seperti apapun isi hatiku,
badanku tetap tidak pernah kurus. Lol. Makanya mereka bilang diriku baik-baik
saja. Dasar! Mereka malah nggak tahu kalau aku, semakin sedih maka semakin
membesar. Sad-nya berkali lipat, ya. Ahaha.
Hidup hanya
sekali. Hidup harus diisi dengan hal-hal bermanfaat agar tidak terjadi
penyesalan dikemudian hari. Kita berharga dan tidak selayaknya diperlakukan
tidak adil. Hanya karena aku perempuan, maka harga diriku harus diinjak-injak? Tidak!
It’s not true.
Aku
memutuskan untuk berpisah, tak lagi bertahan. Sedih, takut, marah, kecewa,
mulai hilang dariku untuknya. Aku merasa jauh lebih bebas. Jauh lebih baik. Jauh
dari tekanan. Jauh dari ketakutan. Alhamdulillah ibu dan adik-adik masih setia
bersamaku. Mendukung dan terus memberi kekuatan. Tangis perlahan-lahan mulai
menghilang. Berganti dengan canda-tawa.
Allah,
thanks for this chance.
Kalau
dibilang sudah move on, tentu belum. Hal ini tidak terjadi semudah membalikkan
telapak tangan. Kadang kala aku masih memikirkan bagaimana pernikahanku
terjadi. Mengapa aku harus merasakan sakit luar biasa. Saat-saat seperti ini
membuatku linglung, hilang arah. Bukan karena aku sedih berpisah, namun sedih
karena harus merasakan hal yang jauh dari pemikiranku.
Aku berharap
hatiku kembali baik. Mampu menghadapi kenyataan yang telah terjadi. Aku ingin
terus berkarya. Menebar kebaikan bagi orang-orang yang aku cintai.
Selamat
datang, my new me! You will be fine!
0 Comments